v Tokoh Dan Penokohan:
1.
Sony
S : Kabayan = Kampungan, Sombong,
Bodoh, dan Mudah Ditipu.
2.
Dindin
M :- Abah = Bijaksana, Rajin Beribadah.
- Rio = Penipu.
3.
Linda
Y : Ambu = Cerewet, Mudah Marah.
4.
Rizky
M : Iteng = Polos, Mudah Dibohongi.
5.
Shafera : Mira = Penipu, Matre.
6.
Irmay : Tia = Penipu, Matre.
v
Jalan Cerita :
(Kabayan
Anak Durhaka)
Disuatu desa terpencil, yang sama sekali belum kenal dengan
teknologi. Hiduplah sebuah keluarga yang miskin. Mereka menjalani hidup seperti
biasa. Pagi hari si Kabayan biasa di bangunkan oleh Abah untuk Shalat Subuh.
Namun, pagi itu tidak seperti biasanya. Karena si Kabayan habis bermimpi : Dia
bertemu kakeknya dan kakeknya memberi suatu rahasia tentang Harta karun
rampasan kakeknya yang didapat dari Penjajah dahulu. Peta menuju harta tersebut
ada di Abah (Ayah Kabayan) si Kabayan disuruh ambil petanya kalau mau, dan
kakeknya berpesan agar mengunakan harta tersebut ubtuk kebaikan.
Ø Abah : Kabayannnn,
Bangunnn!!! Hudang!!! Shalat subuh!!! (Sambil menggedor pintu kamar Kabayan)
Ø Kabayan : 5 menit lagi, Bah! (Sambil matanya tetep merem)
Ø Ambu : Ahh, kebiasaan maneh kabayan! Bilang 5 menit, paling bangun jam 9
pagi! (Sambil mau mengambil air wudhu)
Ø Abah : Bener tah, kebiasaan buruk! Abah ke mesjid duluan! Awas kalau
tidak ke mesjid! (Sambil keluar ke rumah mau berangkat ke masjid)
Ø Kabayan : (Teringat mimpinya, dia bangun lalu mengejar Abahnya yang sudah di
luar) Abahhhh, Abahhhh, Tunggu sebentar!!!
Ø Abah : (Kaget) Ada apa kabayan!!!
Ø Ambu : (Sama kagetnya sama Abah) Bener, ada apa kabayan! Mengagetkan Ambu
saja! Sampai-sampai jantung Ambu mau copot! Mau jadi anak durhaka kamu???
(Sambil nunjuk-nunjuk)
Ø Kabayan : (Sambil balik ke si Ambu dan mencium tangannya) Ampunnn, Mbu!
Jangan nyumpahin saya! Nanti beneranan!
Ø Abah : Kamu juga yang
salah!! Eeh, bangun-bangun langsung teriak! (Sambil ngusap dada dan nunjuk si
Kabayan)
Ø Kabayan : Ampunnn, bah! (Sambil nyium tangan si Abah)
Ø Abah : Ada apa! (Ekspresi Masih Marah, dan melepaskan tangan dari ciuman
si Kabayan)
Ø Kabayan : Bah, tadi kabayan mimpi. Ketemu sama kakek, dia bilang kalau Abah
punya peta harta karun menuju harta kakek yang di pendam di suatu tempat. Hasil
rampasannya dari penjajah dulu???
Ø Abah : Bener, emang Abah punya petanya! Mau?
Ø Kabayan : Mau atuh Bah! Masa di beri harta gak mau?
Ø Ambu : Ah, si Kabayan wae! Harta saja langsung mau! Pas di suruh apa aja,
pasti nolak!
Ø Abah : Kalau mau petanya! Ada syaratnya : 1. Harus Rajin Ibadah, 2.
Jangan lupa sama Ambu dan Abah, 3. Jangan Sombong. Cuma tiga syaratnya, kalau
melanggar nanti pasti kena adzab dari Allah!
Ø Kabayan : Ahh, kalau Cuma tiga syarat itu! Kecil! (Sambil ngadu kuku jempol
dan kelingking)
Ø Abah : Ya, syukur kalau begitu! Sekarang ayo ikut ke mesjid untuk shalat!
Petanya nanti pagi di kasih ke Kabayan.
Ø Kabayan : Nanti bah! Mau mandi, dan ganti Baju dulu. Nanti nyusul.
Keesokan harinya, abah pergi ke sawah. Si kabayan yang dari mesjid
tadi subuh langsung tidur lagi. Setelah jam 10 pagi, si kabayan langsung
bangun.
Ø Kabayan : Ambuuu, si Abah mana??? Tadi subuh katanya mau ngasih peta ke
kabayan!
Ø Ambu : Si Abah mah, sudah dari jam 6 pagi, kesawah! Kamu, kerjaan Cuma
tidur! Cepat susul.
Ø Kabayan : Iya, Ambu!!
Kabayan
buru-buru bangun dan langsung menyusul abahnya ke sawah, di tengah jalan
Kabayan menabrak si Iteng, karena lari terburu-buru.
Ø Iteng : Akang,, ada apa!!! Kayak di kejar anjing saja. Lari sampai
100km/jam. Nyai, sampai terpental.
Ø Kabayan : Aduh, nyai! Maaf, akang lagi ada bisnis. Omsetnya miliyaran,
Ø Iteng : Ah, yang bener?
Ø Kabayan : Bener atuh, masa akang ngabohong ke Nyai tercinta.
Ø Iteng : Ah, akang mah , selalu berbohong ke Nyai. Kapan akang jujur??
Ø Kabayan : Yang ini bener.
Ø Iteng : Sumpah? Kalau bener awas jika tidak bagi-bagi!
Ø Kabayan : Siap, tapi sekarang antar dulu akang ke Sawah.
Ø Iteng : Ke sawah? Apa hubungannya?
Ø Kabayan : Ah, nanti juga tau! (Sambil menggandeng tangan Nyi Iteng kesawah)
Mereka berdua
pun lari ke sawah. Setelah sampai di sawah, si kabayan berteriak
memanggil-mangil si abah.
Ø Kabayan : Abah, Abah!
Ø Abah : Ada apa kabayan?
Ø Kabayan : Peta.
Ø Abah : Peta apa?
Ø Iteng : (Bingung) Peta? Bener kata abah. Peta Apa, Akang?
Ø Kabayan : Peta harta karun Nyai! Tadi pagi, akang mimpi ketemu sama kakek
akang, Dia bilang bahwa dia punya harta karun hasil rampasannya dulu dari
penjajah.
Ø Iteng : Oh, jadi bisnis nu omsetna miliyaran teh harta karun si Aki?
Ø Kabayan : Bener Nyai! Bah, mana petana?
Ø Abah : Jadi, mangil-mangil abah mau petanya? Tapi, sebelum abah kasih
petanya. Kamu masih ingat syaratnya? Coba sebutkan!
Ø Kabayan : Syarat yang tadi? Ya masih Ingat bah, masa lupa! 1. Harus Rajin
Ibadah, 2. Jangan lupa sama Ambu dan Abah, 3. Jangan Sombong.
Ø Abah : Ya, syukur kalau masih ingat! Nih petanya. (Sambil mengasih peta)
Ø Kabayan : (Sambil loncat-loncat) Hore,, saya akan menjadi kaya!
Ø Iteng : Jangan lupa sama saya akang!
Ø Kabayan : Tenang saja nyai! Ayo kita cari bersama-sama,
Si kabayan,
mulai terlintas pikiran untuk membawa kabur semua hartanya ke kota. Karena dia
bosan hidup di kampung. Dia mencari-cara supaya bis mencari hartanya sendirian
dan mengusir si Iteng.
Ø Kabayan : Nyai, nyai pulang duluan ya! Kasihan kan dalam petanya jauh sekali
tempatnya. Kasihan, nanti kaki nyai bias bengkak.
Ø Iteng : Ah, tidak apa-apa bengkak sedikit. Nanti juga sembuh.
Ø Kabayan : Tapi, nanti nyai bias malu. Tenang aja hartanya gak akan Kabayan
bawa kabur! Nanti setelah kabayan mendapatkan hartanya! Akang Langsung melamar
Nyai, janji.
Ø Iteng : Tapi, awas ya kalau bohong. Kita langsung putus!
Ø Kabayan : Siap,,, masa kabayan mau putus sama Nyai. Kitakan sudah pacaran
selama 10 tahun.
Ø Iteng : Nyai percaya sama akang. (Sambil kembali ke kampung)
Di perjalanan
pulang Nyi Iteng bertemu sama abah dan ambu yang lagi di sawah.
Ø Ambu : Iteng, dimana kabayan?
Ø Abah : Bener!
Ø Iteng : Tadi, katanya dia kasihan sama iteng, karena dia takut kaki iteng bengkak.
Jadi, dia pergi sendiri dan berjanji untuk melamar Iteng jika sudah mendapat
petanya,
Ø Ambu : Syukur kalau begitu!
Mudah-mudahan dia tidak lupa sama janjinya.
Ø Abah : Mudah-mudahan juga dia tidak lupa sama syaratnya. Kalau sampai lupa
bisa dikutuk dia.
Ø Iteng : Amin.
Setelah
berhasil mengusir si Iteng ke kampung, sikabayan langsung senang kegirangan.
Rencana dia untuk pergi ke kota akhirnya berhasil. Akhirnya, dia berhasil
menemukan harta karun kakeknya.
Ø Kabayan : Alhamdullilah, akhirnya ketemu juga kamu harta! (Sambil mengambil
harta karun)
Ø Kabayan : Blakutak-Blakutik-Blakutak dor-dorr! (Saking kegirangannya, dia
lompat-lompat)
Ø Kabayan : (Ngomong sendiri) Mau di pakai apa ya? Harta sebanyak ini, kalau di
bawa ke kampung. Pasti orang kampung pada minta. Akh, saya ngusir si Iteng kan
mau pergi ke kota untuk hura-hura.
Si kabayan pun
pergi ke kota dengan menggunakan mobil pick-up dari kampung sebelah, yang mau
menjual hasil tani. Dan menyembunyikan hartanya dalam sebuah sarung.
Ø Kabayan : Mang, boleh numpang ke kota?
Ø Amang : Mangga
Ø Kabayan : Thanks, mang
Setelah sampai
di kota sikabayan bingung, mau ke mana tujuannya! Diapun kesasar di monas! Dan
kebingungan sambil bertanya-tanya kepada dirinya!
Ø Kabayan : Aduh, ini pohon apa ya? Kok, tinggi amat. Terus, di ujungnya
seperti api. Tapi, masa ada api berwarna emas? (Sambil mengusap-ngusap
kepalanya)
Tingkah laku si
kabayan yang super kampungan di tertawakan oleh dua sekawan. Yaitu : Mira, dan
Tia. Tapi, kabayan masih bingung dan terus mengusap-ngusap kepalanya dan
melihat kepuncak monas.
Ø Mira, Tia: Hahaha ( Tertawa terbahak-bahak)
Ø Mira : Lihat tuh, Ti! Ada orang kampung nyasar ke Jakarta. Kita kerjain
yu?
Ø Tia : Ayo,
Ø Mira : Haloo, beby! (Sambil menepak kedua pundak kabayan)
Ø Kabayan : Babi, babi! Saya itu manusia bukan Babi.
Ø Mira, Tia : Hahhh? (Sambil kaget dan langsung berdiskusi)
Ø Tia : Mir, betul nih orang super kampungan masa di panggil beby langsung
nyolot. Apa pendengarannya yang budeg? Apa emang bener kampunagan?
Ø Mira : Sepertinya, dia super kampungan! Lihat saja dandananya!
Ø Tia : Tapi, lihat di sarung yang di gendongnya ada sesuatu!
Ø Mira : Benar. Ayo kita selidiki.
Ø Kabayan : Hayo, pada ngebisikin kabayan ganteng ya? Mirip Ariel Peterpan?
Dengar nih suaranya juga mirip (Bernyanyi) “Dengar laraku, suara hati ini
memanggil namamu, karna separuh aku menyentuh laramu, semua lukamu t’lah
menjadi miliku, karna separuh aku dirimu”. Bagai mana neng suara akang baguskan
mirip aslinya??
Ø Mira, Tia : Hahhh (Kembali kaget)
Ø Tia : (Kembali berbisik) Dia kan super gaptek tapi dia tau lagu NOAH?
Ø Mira : Emang, sungguh aneh! Sudahlah jangan di hiraukan nanti dia semakin
tersanjung dan makin berani sama kita.
Ø Tia : Bener.
Ø Mira : (Bicara ke kabayan) Bener kamu mirip Ariel NOAH, tapi setelah ariel
jatuh dari lantai 10 dan mukanya duluan! Hahaha
Ø Kabayan : Ah, si eneng suka bercanda!
Ø Tia : Bang mau apa ke ibukota? Abangkan kampungan mana mungkin punya
uang?
Ø Kabayan : Eith, jangan macam-macam lihat nih duit akang. (Sambil
memperlihatkan uang yang ada di sarungnya.
Ø Mira, Tia : Hahhhh (Kali ini mereka kembali kaget dan mau pingsan)
Ketika mau
terjatuh pingsan untunglah ada Rio teman sekampus mereka dan berteriak sehingga
mereka berdua kembali sadar.
Ø Rio : Miraa, Tia, Kalian kenapa? Pasti di ganggu sama orang kampung yang
jelek ini ya? (Rio langsung mendorong sikabayan)
Ø Rio : Ehh, loe jangan berani sama perempuan dong! Sini lawan gue,
(Mengepalkan tinjunya)
Ø Mira, Tia : Riooo, apa-apan kamu!
Ø Rio : Melawan dia, (sambil menunjuk kabayan) beraninya sama cewe.
Ø Mira : Gue dan Tia, tidak di apa-apain sama dia.
Ø Rio : Terus kenapa kalian sampai mau pingsan begitu?
Ø Tia : Gak, kenapa-napa! Sini gue bisikin!
Mira dan Tiapun
ngebisikin kepada Rio kalau orang kampung itu mempunyai uang sangat banyak. Dan
mereka berencana untuk menipunya.
Ø Tia : Sini, gue bisikin sesuatu. Tapi angkat dulu kami berdua.
Ø Rio : (Sambil mengangkat mereka berdua) Apa?
Ø Tia : Dia mempunyai uang yang sangat banyak, sampai-sampai kami berdua
mau pingsan melihatnya.
Ø Rio : Ah, yang bener? Dimana dia menyembunyikan uangnya?
Ø Mira : Di dalam sarungnya!
Ø Rio : Kalau gitu gue harus minta maaf sama dia, supaya dia tidak curiga.
Diapun
mendekati si kabayan dan menarik tangannya dan memeinta maaf.
Ø Rio : (Menarik Tangan Kabayan) Sorry bro! gue gak tau kalau loe mempunyai
banyak uang! Ehh, salah kalau loe gak ngapa-ngapain mereka. Maklum mereka emang
punya penyakit kagetan.
Ø Rio : By The Way, nama loe siapa?
Ø Kabayan : Nama saya the Kabayan. Orang paling ganteng di kampung saya.
(Sambil mengulurkan tangan mau bersalaman)
Ø Rio : Nama gue Rio Mahpudeen. Panggil aja gue Rio. Loe udah kenal sama
mereka berdua? Mereka berdua adalah teman kampus gue. (Sambil menunjuk Mira dan
Tia)
Ø Kabayan : Belum, mereka berdua suka bercanda! Dari tadi mereka ngebercandain
saya!
Ø Mira : Kenalin, nama saya Mira. (Sambil Berjabat tangan)
Ø Kabayan : Nama saya kabayan. (Sambil mengelus-ngelus tangan mira) Aduh neng
Mira tanganna sangat halus. Jarang di dapur ya?
Ø Mira : Lepasin dong! ( Langsung melepaskan tangannya dari kabayan) Genit
amat.
Ø Kabayan : Aduh, si eneng meni galak. Yang satu lagi namanya siapa? (Sambil
mengajak salaman ke Tia).
Ø Tia : Nama saya Tia. (Setelah bersalaman sebentar dengan kabayan Tia
langsung melepaskan tangannya dari kabayan)
Ø Kabayan : Tau gak neng kepanjangan Tia?
Ø Tia : Gak bang, emang apa?
Ø Kabayan : Tia, Tia, Tiada wanita lain yang secantik Eneng. (Sambil
melompat-lompat kegirangan)
Ø Tia : (Wajahnya memerah karena malu) Aduh si akang bias aja!
Ø Kabayan : Kabayan namanya juga! Gini-gini kabayan pernah sekolah di UGM
(Universitas Gombal Mada) Bareng sama Haji Andre taulani, Deny Cagur, Soraya
Larasati, Jesicca Iskandar, dll. Hahaha
Ø Tia : Pantesan, jago sekali ngerayunya.
Ø Mira : Tia, jangan ikut-ikut kampungan dong. Masa di rayu segitu aja
kelepek-kelepek.
Ø Tia : Sorry, gue jadi terbawa suasana.
Ø Kabayan : Neng Mira mau dirayu juga?
Ø Mira : Awass loe, ngerayu gue muka loe gue Tonjok.
Ø Kabayan : Ampun neng, sadis amat.
Ø Rio : (Mengalihkan Tofik) By The Way Kamu mau ngapain ke Ibukota?
Ø Kabayan : By The Way teh apa?
Ø Mira : (Berbisik ke Tia) Tuh kan kampungannya keluar lagi.
Ø Tia : Bener,
Ø Rio : Masa gak tau? Kamu dari pelosok kampung terdalam ya? BTW adalah
ngomong-ngomong!
Ø Kabayan : Ngomong-ngomong apa?
Ø Rio : Aduhhhh, Golok mana golok! Lama-lama gue bisa bunuh diri ngomong
sama dia!
Ø Mira : Sabar Bro, ngomong sama orang kampung harus sabar.
Ø Rio : Bener Mir!
Ø Rio : Ngomong-ngomong kamu mau ngapain ke ibu kota? (Nanya kekabayan)
Ø Kabayan : Saya mau hura-hura karena saya mendapat uang harta karun yang
banyak dari kakek saya.
Ø Rio, Mira, Tia : Hahhhh
Ø Tia : Biasanya orang kampung ke Jakarta mau mencari pekerjaan atau
kuliah?
Ø Kabayan : Ahh, buat apa cari pekerjaan atau kuliah. Saya mempunyai banyak
uang? Kalian mau gak nemenin saya hura-hura?
Ø Mira : Ayooo, masa ada yang ngajak happy di tolak.
Ø Kabayan : Pertama, kita kemana?
Ø Rio : Aduh, perut gue lapar nih. Kita ke Restoran yuk?
Mereka berempatpun
pergi ke Restoran terdekat dengan menggunakan mobil Ferarri Rio. Setelah sampai
ke restoran sunda mereka berempat pun memesan makanan paling mahal di retoran
itu.
Ø Tia : Pelayan!
Ø Pelayan : Ya, mau pesan apa?
Ø Tia : Kami berempat mau pesan makanan dan minuman paling mahal di
restoran ini!
Ø Pelayan : Tunggu sebentar ya!
Tia menyusul ke
Dapur, untuk memberikan obat sakit perut ke makanan si kabayan supaya sikabayan
nanti ke toilet. Dan mereka melancarkan aksinya.
Ø Tia : Saya mau izin ke toilet dulu ya!
Ø Kabayan : Oh, Silahkan! By The Way kalian berdua sudah bekerja atau masih
kuliah?
Ø Rio : Wes, baru tau kata tadi saja sudah di pamerin. Kami bertiga, kan
sudah tadi gue bilang kami masih kuliah.
Ø Kabayan : Biar kelihatan gaul dong.
Setelah itu
datanglah pelayan. Bareng dengan Tia.
Ø Pelayan : Mbak, Mas ini pesanannya! Selamat menikmati.
Ø Rio : Terima kasih! Ayo, kita makan.
Baru saja makan
makannan sesuap, kabayan langsung sakit perut karena makanananya telah di beri
obat.
Ø Kabayan : (Memegang Perut) Aduh, sakit nih
perut!
Ø Tia : Kenapa kamu kabayan? (Pura-pura bertanya)
Ø Kabayan : Tidak tau nih! Baru sesuap sudah sakit perut!
Ø Mira : Buruan ke toilet gihh, nanti keburu keluar di sini. Kan gak enak!
Ø Kabayan : Dimana toiletnya?
Ø Mira : Itu ada pintu, langsung belok kanan!
Ø Kabayan : Titip ini sarung!
Ø Rio : Sini, (Sambil mengambil sarungnya) tenang aja gak akan di bawa
kabur.
Ø Kabayan : Awas ya kalau kalian kabur!
Ø Tia : Tenang.
Setelah si
kabayan ke toilet, mereka bertigapun mulai melancarkan aksinya, mereka
mengambil sarung dan meninggalkan sebuah kertas bertuliskan : “Kabayan Terima
kasih kamu baik, telah memberikan semua uang kamu! Dan atas kebodohan kamu,
yang percaya kepada orang yang baru di kenal. Tolong bayarin kita semua, kan
tadi janji mau Traktir. hahahahahaha” TTD, Rio, Mira, Tia.
Ø Tia : (Ngobrol bertiga) Dasar, bodoh! Mau saja di bodohin. Masa uang
segini banyak gak kami bawa.
Ø Mira : Bener, dasar orang kampung.
Ø Rio : Udah, ayo kita pergi nanti dia keburu kembali.
Ø Rio : Pelayan!
Ø Pelayan : Ya, Mass.
Ø Rio : Ini semua di bayar sama teman kami yang tadi! Kami ada keperluan,
Ø Pelayan : Baik Mas!
Merekapun pergi
dengan mobil, setelah si kabayan kembali dari toilet alangkah terkejutnya si
kabayan setelah melihat teman-temannya tidak ada dan sarungnya dibawa. Dan
hanya melihat sebuah kertas dan membacakannya.
Ø Kabayan : (Kaget) Kemana mereka bertiga? Kenapa mereka tidak ada dan sarung
saya yang berisi uang hilang?
Ø Kabayan : (Mengambil kertas dan langsung membacanya) [BACA KERTAS]
Ø Kabayan : Dasar penipu! Saya mau bagaimana ini? (Lalu merengek Seperti anak
kecil menangis)
Ø Pelayan : Mas, ini tagihannya Rp.650.000
Ø Kabayan : Hahh, mbak sayakan habis di rampok! Masa mbak tega sama saya?
Ø Pelayan : Saya panggil dulu manager saya!
Ø Kabayan : Mbak Manager, saya baru kerampokan bagaimana saya bisa bayar?
Ø Manager : Saya tidak mau tau, itu bukan urusan saya. Yang penting saya gak
rugi gimana caranya!
Ø Kabayan : Gimanan dong?
Ø Manager : Ya, sudah kamu bawa semua piring di ruangan ini dan cuci.
Ø Kabayan : Baik Mbak.
Kabayan pun
terpaksa mencuci semua piring dengan perasaan galau. Setelah beres mencuci
piring, si kabayan pun pergi dengan mencari segala cara supaya si Abah, Ambu,
dan Iteng tidak marah. Diapun mempunyai Ide, kalau harta karunnya tidak di
temukan dan menyalahkan si Abah. Diapun kembali ke kampung dengn menumpang lagi
mobil. Setelah kembali ke kampung.
Ø Kabayan : (Teriak) Abah, abah!! Abah berbohong ya pada kabayan?
Ø Abah : Berbohong apa? Mana Harta karunnya?
Ø Kabayan : Harta karunnya tidak ada!
Ø Abah : Masa harta katunnya tidak ada? Kamu yang berbohong kali!
Ø Kabayan : Kalau kabayan berbohong berarti kabayan melanggar syarat dan
kabayan akan mendapat adzab dan sekarang tidak terjadi?
Ø Abah : Syukur kalau kamu tidak berbohong!
Datanglah Ambu
dan Nyi Iteng, mereka langsung menanyakan tentang harta karunnya,
Ø Ambu : Kabayan, syukur kamu sudah pulang! Mana harta karunnya?
Ø Iteng : Bener kang! Akang kan sudah janji mau ngelamar Nyai!
Ø Kabayan : Tidak ada ambu, hartanya tidak di temukan! Nyai Kan akang bilang
jika ada hartanya. Baru akang melamar Nyai.
Ø Iteng : Kapan dong?
Tiba-tiba tubuh
kabayan kaku dan langsung menjadi Emas,
Ø Iteng : Akang!!! Akang kenapa???
Ø Abah : Pasti si kabayan berbohong! Dia kena azab dari Allah karena telah
melanggar syarat!
Ø Ambu : Kabayan, Kabayan, (Sambil memegang patung emas kabayan dan
mengerak-gerakannya)
Ø Abah : Sudah, ambu anak durhaka ini jangan kita hiraukan! Kita jual saja
lumayan buat kita untuk menghidupi kita sehari-hari.
Ø Iteng : Terus iteng bagaimana?
Ø Abah : Cari lagi leleki lain abah ikhlas Nyai Iteng tidak menjadi menantu
abah.
Akhirnya mereka
menjual patung Kabayan dan mengunakan uangnya untuk keperluan mereka.
bagus sob...
ReplyDeleteThanks gan atas kunjungannya!!!!
DeleteTerima kasih atas artikelnya yang keren ini..
ReplyDeleteSama-sama
Delete