MEMBANGUN JIWA KEWIRAUSAHAAN SEJAK MAHASISWA UNTUK MENJADI SEORANG ENTERPRENEUR SUKSES
Dindin Mahpudin
SK-1 (10214118)
Mahasiswa Teknik Komputer – FTIK
Universitas Komputer Indonesia
mahpudeen@gmail.com
ABSTRAK
Pada
dasarnya, pertumbuhan ekonomi negara tidak dapat dipisahkan dari bertambahnya
jumlah populasi yang bekerja sebagai
enterpreneur (wirausaha). Sedikitnyanya jumlah orang memiiliki semangat
enterprenneur di Indonesia, antara lain karena kurangnya pengetahuan tentang
pengusaha/enterprenenur, cepat puas dengan pekerjaan, etika kerja, kurangnya
menghargai kerja keras dan dampak dari pekerjaan lama di Indonesia, serta
kondisi ekonomi, yang tidak kunjung membaik.
Jumlah
pengusaha di Indonesia masih sangat kecil, kurang lebih 1,5% dari jumlah
populasi yang ada di Indonesia yang sekitar 257,9 juta orang (Tribunnews,
2016). Untuk tujuan ini, menurut Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), Syarifudin Hassan, jumlah pengusaha harus
diperkuat/ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jumlah
pengusaha Indonesia dinilai sangat kurang jika di bandingkan dengan jumlah
pengusaha di banyak negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti
Amerika Serikat yang jumlah kewirausahaan telah mencapai sekitar 11%. Indonesia
juga masih kurang jika dibandingkan dengan sejumlah dengan pengusaha/ enterpreneur
di Singapura yang mencapai 7 persen, dan Malaysia yang telah mencapai 5 persen
tetangga. Tetapi pada 2017 naik ke 3.1 (www.depkop.go.id), tetapi masih itu
terlalu buruk.
Hasil
dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang sudah dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada September 2016 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia
yang miskin terdiri dari 27,76 juta jiwa
(10,70 persen) dari total penduduk 257,9juta jiwa. Meskipun mengalami
penurunan 0,25 juta dibandingkan dengan
Maret 2016 yang mencapai 28,01juta (10,86 persen). Namun, masyarakat miskin di
Indonesia tetap saja masih terhitung besar. Jumlah pengangguran di Indonesia
pada tahun 2016 adalah pada tingkat terendah sejak tahun 1998. Kementrian
Ketenagakerjaan mencatat pengangguran di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 5,5
persen, atau sekitar 7,02 juta orang.
Data
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, jumlah lulusan Universitas di Indonesia
yang bekerja sebesar 12.24 persen. atau setara dengan 14,57 juta jiwa dari
118,41 juta pekerja yang ada di seluruh Indonesia. Sementara pengangguran
lulusan Universitas mencapai 11.19 persen, setara dengan 787 ribu jiwa dari
total 7.02 juta orang yang tidak memiliki pekerjaan.
Pengamat
kewirausahaan mengatakan bahwa kebanyakan lulusan Universitas lebih memilih
menjadi job seeker (pencari kerja) daripada menjadi job creator (pencipta
lapangan kerja). Ini adalah hasil dari sistem pendidikan yang diterapkan di
berbagai perguruan tinggi saat ini, lebih fokus pada lewat ketepatan dan
kecepatan mendapatkan pekerjaan, daripada mempersiapkan untuk menciptakan
lapangan kerja.
Sangat
wajar bagi pemerintah untuk membuat kondisi ini sebagai motivasi terbesar untuk
membuat kebijakan yang mendorong Perguruan Tinggi untuk mencetak calon
pengusaha, juga meningkatkan jumlah pengusaha dan usaha kecil dan menengah di
Indonesia. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus berkomitmen untuk
mendorong lulusan Perguruan Tinggi untuk menjadi pengusaha yang lebih kreatif
dalam mengelola kekayaan sumber daya alam seperti pertanian, perkebunan dan
Perikanan di Indonesia, yang berorientasi kepada nilai tambah nilai sehingga
punya nilai jual yang lebih tinggi. Secara pasti upaya-upaya ini akan secara
bertahap mengurangi banyak pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kata Kunci : enterpreneur, mahasiswa pengusaha,
pendidikan
Masalah kurangnya minat dan motivasi
mahasiswa untuk menjadi pengusaha sekarang adalah masalah serius untuk banyak
pihak,mulai pemerintah, pendidikan, industri, dan masyarakat. Banyak upaya
telah dilakukan untuk memupuk semangat inisiatif, khususnya untuk mengubah
mentalitas mahasiswa yang hanya sebagai job seeker (pencari kerja). Dan ini
merupakan suatu tantangan bagi perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan
sarjana untuk mengubahnya.
Memupuk semangat kewirausahaan bagi
mahasiswa merupakan salah satu misi perguruan tinggi sebagai suatu alternatif dalam upaya menurunkan
tingkat pengangguran di Indonesia, hal ini merupakan dikarenakan oleh para pengajar
yang tak lain ialah ilmuwan yang
berpendidikan dan telah mampu memimpin perusahaan sendiri. Zimmerer (1996)
menyatakan salah satu faktor untuk meningkatkan pertumbuhan kewirausahaan di
Indonesia adalah peran Universitas / perguruan tinggi melalui pelaksanaan
pendidikan. Universitas/perguruan tinggi bertanggung jawab untuk mengajar dan
memberikan keterampilan kewirausahaan bagi mahasiswanya dan memberikan motivasi
untuk berani dalam memilih proyek wirausaha sebagai pekerjaan mereka.
Peran Universitas untuk memberi
motivasi mahasiswa menjadi entreprenenur muda sangat penting dalam meningkatkan
jumlah pengusaha. Peningkatan jumlah pengusaha dari lulusan universitas akan
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Saat ini, beberapa universitas di
Indonesia telah memperkenalkan program kewirausahaan dalam kurikulum sebagai
salah satu mata kuliah pokok yang wajib diambil oleh semua mahasiswa salah
satunya Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Pendidikan kewirausahaan tidak
hanya memberikan dasar teoritis terkait konsep kewirausahaan saja, tetapi juga
membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir wirausahawan.
Enterpreneurship education di
universitas bertujuan supaya mahasiswa memiliki keterampilan, keberanian dan
kemandirian untuk dalam menghadapi kegagalan bisnis. Pendidikan kewirausahaan
bukan hanya belajar pemasaran atau penjualan yang mendidik seseorang untuk
menjadi pedagang, tetapi jauh lebih luas dari menjadi seorang pedagang.
Karakter wirausaha ada 2 bagian, pertama entrepreneur merupakan innovator, yaitu
orang yang menggagas pembaruan dalam hal
pemasaran dan produksi, atau manajer bisnis menjadi lebih baik. Dan yang kedua,
karakter wirausaha itu adalah creator, yaitu untuk menciptakan bisnis yang
baru. Jelas berbeda,seorang pengusaha jika tidak memiliki semangat kreatif atau
inovatif dalam perdagangan, maka seseorang pedagang itu hanya peniru.
Namun, jika seseorang terinpirasi
ide-ide bisnis orang lain, kemudian menciptakan cara baru dalam hal produksi,
kemasan dan penjualan, seseorang tersebut akan disebut sebagai organizer
meskipun itu bisa juga disebut seorang trader. Perbedaan karena sesuatu yang
baru dibudidayakan dengan membawa kemajuan sangat besar ke dalam pekerjaan
kita, apakah mereka komersial dalam bentuk produk atau jasa. Riant Nugroho (2009)
menyebutkan pengusaha nyata mampu mengembangkan inovasi bisnis dan mampu
mengembangkan pemasaran juga.
Bambang Trimo (2010) mengatakan bahwa
setiap hari anak dilahirkan dengan beberapa bakat, beberapa di antaranya ada
yang memiliki kemampuan lebih dalam kecerdasan interpersonal, intrapersonal,
dan kreativitas. Mereka menunjukkan rasa ingin tahu lebih dari upaya dan
menciptakan sesuatu. Itu semua akan menjadi sia-sia jika tidak ada tempat untuk
mengembangkan keterampilan dan ide-ide serta rasa ingin tahu. Kemudian
anak-anak yang berbakat untuk diatur, mungkin ada anak-anak yang memiliki gen
sebagai jiwa pekerja karena orangtua mereka memiliki gen seorang pebisnis,
tetapi orangtuanya bukan seorang pengusaha. Dan kemudian mungkin terjadi bahwa
anak tidak memiliki gen ini atau bakat terstruktur. Maka jika ia dapat menjadi
seorang pengusaha? Sebontra percaya bahwa ada anak-anak yang secara alami
memiliki bakat pengusaha. Namun, jika bakat tidak diasah dan diberikan
kesempatan tumbuh akan mati terkubur begitupun bakat entrepreneur inipun dapat
dicangkokkan melalui pendidikan yang benar.
Keilmuan pendidikan kewirausahaan
dalam pendidikan tinggi dapat dirancang untuk menentukan, Melakukan, dan
menjadiseorang enterprenner. Tujuan pendidikan adalah untuk mengetahui dan
melakukan terintegrasi didalam kurikulum program studi, yang kemudian
didistribusikan di mata-mata kuliah keilmuan. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan bertujuan untuk menyerap nilai-nilai kepemimpinan Bisnis, dengan
perguruan tinggi memberikan pendidikan kewirausahaan kursus yang ditujukan
untuk untuk bekal motivasi mahasiswanya dan pembentukan sikap mental
entrepreneur, pelatihan keterampilan bisnis praktis dan inovasi teknologi dalam
praktek bisnis.
Pembentukan pribadi siswa dapat
dilaksanakan melalui dua strategi yaitu strategi makro dan mikro. Strategi
makro berada dalam kebijakan Perguruan Tinggi yang juga mempunyai tugas
memiliki tanggung jawab untuk memupuk semangat kewirausahaan dan kepribadian
mahasiswa melalui program nyata sehingga diharapkan untuk menjadi seorang
pencipta pekerjaan (job creator) seperti belajar untuk mengintegrasikan
kewirausahaan ke dalam kurikulum mahasiswa. Menciptakan budaya gerakan nasional
dan pelatihan kewirausahaan untuk setiap mahasiswa. Strategi mikro berada pada tingkat
pembelajaran di dalam kelas pembelajaran entrepreneurship seperti pembelajaran
untuk membentuk manusia secara holistik; 2) belajar juga meningkatkan kelima
panca indera siswa. 3) pengalaman belajar. 4) belajar yang seperti nyata
kehidupan; 5.Ketrampilan yang berbasis life skill untuk membentuk karakter
entrepreneur. dan 6) belajar yang tidak hanya berfokus pada pengembangan bisnis
plan.
Negara-negara yang sedang berkembang
(termasuk Indonesia) tidak banyak memiliki enterpreuner, terutama perusahaan pada
skala besar. Sementara kemajuan atau pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi
oleh keberadaannya. Hal ini karena masyarakat sangat kurang berpengetahuan
tentang ilmu pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kewirausahaan. Banyak
kekurangan yang dumiliki oleh masyarakat Indonesia, termasuk: semagat kerja
keras, kreativitas, kemandiria, pengalaman dan manajemen (sumber daya manusia,
pemasaran, keuangan, dll). Jiwa dapat menghasilkan cara untuk menciptakan
kesadaran dalam upaya. Kemandirian dapat juga ditingkatkan dengan menanamkan
keterampilan dan pengetahuan. Pengalaman dapat ditarik melalui kegiatan yang
ada di bidang ini, serta kreativitas dapat muncul melalui aktivitas dan
keinginan untuk berinovasi, sementara Anda perlu dipersiapkan oleh
memperkenalkan, memperkirakan dan menerapkan kepemimpinan bisnis kemampuan
manajemen Iimu dalam Entrepreuneur. Hal ini karena itu sangat penting bahwa
pemahaman yang baik tentang kewirausahaan baik dimulai dengan awal lingkungan
keluarga atau lingkungan pendidikan. Diharapkan bahwa di masa depan bangsa
Indonesia akan tidak hanya memiliki manusia yang berpendidikan formal saja,
tetapi mereka juga memiliki semangat inisiatif yang dapat membawa Indonesia ke
negara-negara maju.
2. LANDASAN TEORI
Kewirausahaan awalnya adalah suatu konsep yang dikembangkan
dalam tradisi sosiologi dan psikologi. Di abad ke-18, Richard Kantillon, menyatakan bahwa
enterpreneurship adalah fungsi dari risk bearing. Abad ke-19, Josef Schambiter
memperkenalkan sebuah inovasi sebagai penggerak kewirausahaan. Sejak itu,
konsep kewirausahaan adalah akumulasi dari tugas-tugas yang berani mengambil
risiko juga inovasi (Siswoyo, 2009)
Dikutip dalam buku Entrepreunership : Menjadi Pebisnis Ulung,
Entrepreneur adalah Orang yang berjiwa Kreatif, Inovatif, Mandiri, Percaya
Diri, Ulet & Tekun, Rajin, Disiplin, Siap Menghadapi Resiko, Jeli melihat
& meraih Peluang, Piawai Mengelola Sumber Daya, dalam Membangun,
Mengembangkan, Memajukan & Menjadikan Usaha atau Perusahaanya Unggul (Eddy
Soeryanto Soegoto, 2009).
(Surana, 2009) Entrepreneurhip adalah disiplin yang mengkaji
nilai, keterampilan, dan perilaku untuk memenuhi tantangan hidup untuk mencari
peluang dengan berbagai risiko yang dapat dihadapi. Hal ini sejalan dengan (Prawirokusumo,
1997:4) menyatakan bahwa enterpreneurship adalah disiplin ilmiah independen,
karena 1) berisi berbagai macam pengetahuan yang lengkap dan nyata, bahwa ada
banyak teori, konsep dan notasi ilmiah yang lengkap. 2) punya dua konsep,yaitu posisi permulaan dan
pengembangan bisnis, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan umum, (3)
memiliki objek sendiri yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda, (4) adalah alat untuk menciptakan bisnis saham sebagai serta
pendapatan, atau kesejahteraan masyarakat adil dan makmur.
Entrepreneur adalah proses kreativitas dan inovasi juga
memiliki risiko yang signifikan menghasilkan nilai Tambah atau Ekonomis untuk
produk yang menguntungkan masyarakat dan mencapai kemakmuran untuk dirinya sendiri.
Entreprenneurship juga menambah Kemampuan
melihat visi dan penilaian peluang bisnis dan Kemampsdauan untuk
memaksimalkan sumber daya dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
Mesukseskan juga memiliki risiko bisnis. Berdasarkan ini definisi Entrepreneur
dapat dipelajari oleh siapa pun yang memiliki keinginan untuk menjadi sukses,
bukan hanya dikendalikan oleh individu-individu berbakat.
Entrepreneur adalah hal yang tepat untuk semua orang yang
tertantang untuk menciptakan pekerjaan kerja (job creator) , bukan mencari
kerja.
·
William Danko mengatakan: "Entreprenuer
(pengusaha) memiliki empat kali lebih banyak kesempatan untuk menjadi seorang
jutawan."
·
Menurut majalah Forbes: "75,0% dari 400
orang terkaya di Amerika bekerja sebagai pengusaha/enterpreneur".
·
Fakta membuktikan bahwa banyak pengusaha sukses
dengan memulai usaha kecil (Siswoyo, 20006).
Kewirausahaan adalah orang-orang yang memiliki keberanian
untuk membawa ide-ide menjadi kenyataan. Sementara itu, menurut Joseph
Schambiter, Entrepeneur is a person who perceives an oppotunity and creates an
organization to pursue it (Bygrave, 1994:2).. Pengusaha adalah orang yang
melihat kesempatan dan kemudian membuat suatu organisasi untuk mengambil
keuntungan dari kesempatan ini.
Berdasarkan pengertian di atas, kepribadian enterpreneur
diidentifikasi oleh beberapa peneliti (Siswoyo, 20006) adalah sebagai berikut.
·
Memiliki rasa tinggi tanggung-jawab terhadap
awal bisnis baru.
·
Lebih mempertimbangkan risiko. Pengusaha melihat
peluang bisnis yang didasarkan pada pengetahuan, latar belakang dan pengalaman
mereka.
·
Memiliki keyakinan tinggi untuk sukses. Sebuah
studi yang dilakukan oleh National Federation of Inde-pendent Business (NFIB)
menunjukkan bahwa ada sepertiga pengusaha merasa percaya diri dan memiliki
kemungkinan keberhasilan 100%.
·
Anda tahu bagaimana orang-orang mengatakan
tentang cara Anda mengelola, dan mereka senang jika Anda mendapat masukan dari
orang lain.
·
Terkesan memiliki energi yang lebih besar, lebih
dari kebanyakan orang.
·
Kemampuan yang baik untuk melihat kesempatan di
masa depan.
·
Memiliki kemampuan untuk mengembangkan bidang
yang sesuai dan kemampuan masing-masing.
·
Di dalam manajemen bisnis yang telah menjadi
kekuatan utama untuk pencapaian tertib sukses, dan uang adalah hanya sebuah
simbol untuk menandai pencapaian ini. (PPM Manajemen, 2004).
Masa depan bisnis enterpreneurship diharapkan terus
cemerlang. Beberapa tahun yang lalu ada tren perusahaan raksasa, untuk terus
menyederhanakan perusahaannya. Fakta ini juga membuat tumbuh pertumbuhan
pengusaha baru, pengalaman kaya dalam bisnis, dan masih dalam usia produksi.
Fenomena perampingan ini penyebab perubahan dalam generasi X (yang lahir antara
tahun 1965-1980) tentang pandangannya terhadap enterpreneur. Mereka tidak lagi
melihat pengusaha sebagai jalur karier yang penuh resiko, tetapi mereka
melihatnya sebagai sarana untuk menciptakan sebuah bisnis yang lebih aman.
Hendarwan Berpendapat: "Pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan adalah langkah yang serius bagi pemerintah untuk mengatasi
pengangguran lulusan Perguruan Tinggi yang terus bertambah jumlahnya."
Sebontra (di Direktorat kelembagaan pendidikan dan pendidikan tinggi, 2009)
menyatakan bahwa "pendidikan kewirausahaan dapat berdampak baik di masa
depan Indonesia, seperti yang terjadi di Singapura. "Tapi kunci, pendidikan harus dilaksanakan dengan kreatif
dan inovatif."
Jika diperhatikan pemaparan di atas, itu mengambil wawancara,
butuh pembekalan dan juga penanaman jiwa entrepreneur pada diri mahasiswa yang
diharapkan bisa memotivasi mahasiswa untuk melakukan kegiatan entrpreneur..
Pengalaman yang diperoleh di perguruan tinggi diharapkan untuk dilanjutkan
setelah lulus, sehingga muncullah para pengusaha baru dyang menciptakan
lapangan pekerjaan, sekaligus menyerap tenaga kerja.
2.2.
Mengapa
harus berwirausa (Entrepreneur)?
Apakah Anda tahu bahwa alasan menjadi soerang Enterpreneur
adalah hal yang sangat menarik?
Eddy Soeryanto Soegota dalam bukunya yang berjudul Entrepreneur
: Menjadi Pebisnis Ulung menggambarkan menjadi seorang pengusaha adalah
tantangan yang menarik yang perlu diwujudkan dalam suatu karya nyata guna
membangun bisnis atau Usaha maupun sebuah perusahaan.
Menjadi seorang pengusaha kita dapat memulai bisnis tanpa
modal tetapi dengan tekad yang kuat juga berbasis keterampilan keahlian atau
kompetensi. Kita juga bisa memulai dengan modal kecil tetapi kita arahkan
alokasi danannya. Kita juga dapat langsung dengan modal yang besar tapiharus
memperhitungkan untuk menggunakan alokasi anggaran untuk bisnis yang matang.
Tetapi hal ini sangat penting dalam pembukaan atau membangun
bisnis harus didasarkan pada efisiensi atau keterampilan yang kita miliki.
Efisiensi bisnis yang tepat atau keterampilan kita membuat kita bahagia atau senang
menjalankannya bahakan memicu semangat kita untuk keberhasilan bisnis tersebut
lebih besar.
Jangan berpikir untuk membuka bisnis karena ikut-ikutan atau
karena terpengaruh teman atau hanya karena melihat orang lain sukses tanpa
didasarkan atas skill atau kompetensi yang kita miliki sendiri.
Berikut ini adalah gambaran tentang Peran, Aktivitas dan
Nilai Positif menjadi seorang Entrepreneur yang dirangkum dari buku Entrepreneur
: Menjadi Pebisnis Ulung diantaranya adalah :
·
Pekerjaan Mulia
·
Pekerjaan Menyenangkan
·
Menciptakan Lapangan kerja dan mengurangi
pengangguran
·
Mengurangi kemsikinan
·
Menentukan kemajuan suatu bangsa
·
Menentukan perkembangan ekonomi
·
Mencerdaskan bangsa dan dunia
·
Manjadi orang kaya
·
Dikenal banyak orangpimpinan partai politik
·
Pimpinan Negara dan Pemerintah
·
Pahlawan pembangunan
Beliau juga berkata : “Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh
seberapa banyak Entrepreunur ata pengusaha yang dimiliki bangsa tersebut dan
seberapa besar ontribusi positif yang akan diberikan para Entrepreneur bagi
perkembangan & kemajuan bangsa”.
2.3.
Niat
Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya
Entrepreneurial intention atau niat kewirausahaan dapat
diartikan sebagai langkah pertama dalam proses membuat sebuah perusahaan baru
yang umumnya adalah jangka panjang. (Lee Wong, 2004). Entrepreneurial intention
mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai sebuah bisnis barunya dan merupakan masalah yang sangat sentral untuk
diperhatikan dalam memahami tentang kewirausahaan tentang pembentukan
perusahaan baru.
Niat kewirausahaan telah mulai mendapatkan lebih banyak
perhatian untuk dipelajari karena percaya bahwa suatu niat yang berkaitan
dengan perilaku terbukti dapat menjadi modal serta cerminan dari perilaku yang
sesungguhnya. Dalam teori planned behavior diyakini faktor-faktor seperti
sikap, norma subyektif akan membentuk niat seseorang dan secara langsung akan
mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, memahami niat untuk membuka usaha
(entrepreneurial intention) mungkin mencerminkan kecenderungan orang untuk
mendirikan usaha bisnis yang nyata.
Pembentukan kewirausahaan terutama dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal (Prianto, 2008). Faktor internal berasal dari usaha
mereka sendiri dapat dan dapat membentuk sikap, keinginan, karakteristik
pribadi, dan kemampuan masing-masing individu untuk memberikan individu
kemampuan untuk entreprenneur. faktor-faktor eksternal berasal dari luar
pengusaha yaitu komponen lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan
fisik, lingkungan bisnis, lingkungan sosial dan ekonomi, dan sebagainya.
Beberapa karakteristik psikologis ada dari sejumlah studi
sebagai parameter perilaku proyek-proyek seperti:
·
Kebutuhan akan penghargaan,
·
Inisiatif dan kreativitas,
·
The propensity to take risk atau kecendrungan
dalam mengambil resiko.
·
Kepercayaan diri
·
locus kontrol
·
percaya diri
·
perilaku inovatif
·
Nilai–nilai yang dianut dan tujuan personal
·
Leadership/kepemimpinan
Selain faktor pribadi, beberapa penelitian lain juga
menyoroti pengaruh sikap (attitudes) seseorang terhadap niat dalam kewirausahaan.
(Gorose dan Aykol, 2008) dan (Tjahjono dan Ardi, 2010), menemukan beberapa
gerakan unsur-unsur lain yang terkandung dalam Theory of Planned Behavior dari
Fishbein dan Ajzen (TPB) yang
mempengaruhi niat kewirausahaan mahasiswa. Unsur-unsur yang terkandung dalam
posisi TPB termasuk tantangan ekonomi, kemerdekaan kekuasaan, pemenuhan diri,
sosial dan profesional keyakinan dan kepercayaan, menghindari tanggung jawab,
keamanan dan beban kerja.
Faktor-faktor sosial dan demografis yang dipelajari dari
beberapa macam, antara lain, termasuk usia, jenis kelamin, dan Pekerjaan orang
tua. Model penelitian niat kewirausahaan seseoran kurang lengkap jika tidak
melibatkan menambahkan faktor-faktor kontekstual dan socio demographic dan juga
faktor sikap seseorang, karena ketiga kelompok faktor tersebut akan membentuk
satu kesatuan yang integral didalam suatu model penelitian tentang niat
kewirausahaan seseorang.. Beberapa faktor-faktor kontekstual telah benar-benar
mendapatkan perhatian dari para peneliti adalah peran pendidikan kewirausahaan
dan pengalaman bisnis.
Secara teoritis, diyakini jika pembekalan pendidikan dan
pengalaman kewirausahaan pada seseorang sejak usia dini diterapkan, dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi seorang pengusaha. Selain pendidikan
dan pengalaman kewirausahaan, academic support (dukungan pihak akademik),,
dukungan sosial dan dukungan lingkungan bisnis, juga diyakini bahwa
faktor-faktor kontekstual yang dapat berpengaruh terhadap niat kewirausahaan
seseorang.
3. MENJADI SEORANG ENTERPRENEUR SUKSES
3.1.
Konsep
Dasar Tentang Kewirusahaan/Entrepreneur
Entrepreneur/pengusaha adalah campuran dari inovasi,
kreativitas dan keberanian menghadapi risiko yang diambil dengan cara yang
kerja keras. Pada saat yang sama, menurut Dolinger di Sigal et al. (2005),
Kewirausahaan adalah untuk menciptakan sebuah organisasi (jaringan) inovatif
ekonomi dirancang untuk memberikan nilai tambah, inisiatif atau perkembangan
dalam kondisi resiko dan ketidakpastian. Sementara Drucker di Sigal et al.
(2005) Enterprenneru adalah semangat, sikap, dan kemampuan, perilaku individu
dalam berurusan dengan kegiatan/upaya diarahkan untuk penelitian, menciptakan
dan melaksanakan metode kerja, teknik dan produk-produk baru untuk meningkatkan
efisiensi untuk menyediakan pelayanan yang baik atau mendapatkan lebih banyak
keuntungan. Koh (1996) memberikan definisi lain bahwa kewirausahaan adalah
proses melakukan sesuatu yang baru juga kreatif dan melakukan sesuatu untuk
menciptakan kekayaan bagi orang-orang dan menambahkan nilai kepada masyarakat.
Pada dasarnya, pembentukan jiwa kewirausahaan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal (Pranto, 2008) di (Suharti dan sirene,
2011). Faktor internal berasal dari dalam seorang pengusaha yang dapat menjadi
milik pribadi, sikap, dan keinginan dan kemampuan individu untuk memberdayakan
individu untuk berwirausaha. Sementara faktor eksternal berasal dari pihak
luar, unsur-unsur lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan bisnis,
lingkungan fisik, lingkungan sosial dan ekonomi, dan lain sebagainya.
(Meredith, 1998) khusus menunjukkan bahwa pengusaha sukses
adalah orang yang menikmati pekerjaan, dedikasi untuk apa yang telah
dilakukannya, mengubah pekerjaan berat menjadi pekerjaan menggairahkan, serta
menarik dan memberi kekuasaan. Lebih Meredith (1998) menambahkan bahwa seorang
pengusaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan
mengevaluasi peluang bisnis, serta mengumpulkan sumber daya yang diperlukan
untuk mengambil keuntungan dari itu dan melakukan tindakan yang tepat untuk
mencapai keberhasilan.
Pada definisi lain Kewirausahaan Sukidjo (2011) adalah
refleksi dari semangat, sikap, dan perilaku sebagai contoh keberanian untuk
mengambil resiko yang telah dihitung secara matang dengan keinginan dan
kemampuan sendiri. Hanya orang-orang yang memiliki sikap ini dapat dikatakan
menjadi wiraswasta atau pengusaha. Apa yang dilakukan pengusaha adalah mencoba
untuk mencapai tujuan yang telah ditargetkannya. Sukses tersebut akan
ditentukan oleh sebagian besar yang menargetkan keuntungan, motivasi, kekuatan
dan daya tahan. Selain itu, mengambil risiko adalah karakteristik dari
seseorang (pengusaha) yang tahu tahu kemungkinan kegagalan (mana sumber
kegagalan dan apa kemungkinan kegagalan) untuk mengurangi risiko.
Berdasarkan beberapa definisi kewirausahaan/kewirausahaan
yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship/kewirausahaan
akan mencakup posisi (membentuk posisi) dan keahlian (skill pengembangan),
pengetahuan (yang menyediakan pengetahuan). Dengan kata lain, kewirausahaan
adalah potensi yang sudah dimiliki melalui pendidikan dan pelatihan dalam
berbagai tantangan, pengalaman, dan keberanian untuk mengambil risiko dalam
pekerjaan mereka dan menciptakan lapangan kerja.
3.2.
Perilaku
Enterpreneur
Perilaku Enterpreneur/bisnis kewirausahaan ketika dipandang
dari perspektif sosial yang menjelaskan tentang hubungan manusia, serta gaya
hidup orang serta norma-norma budaya dan sosial yang membentuk perilaku
Enterpreuner. Sedangkan prespektif psikologi meninjau & mengulas perilaku berwirausaha dilihat dari
faktor-faktor psikologis seperti aspek pribadi dan motif enterpreuner.
Sementara itu, menurut Juth dan Gensburg (1990) perilaku
Enterpreuner adalah perilaku untuk melaksanakan ide-ide, meningkatkan daya
saing dan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan juga
mencoba untuk mencapai kinerja yang lebih baik (Juth dan Jeensburg, 1990).
Dalam hal ini, perilaku inisiatif disebabkan faktor inovasi (inovasi),
proactiveness (kemampuan yang proaktif) dan risk taking (keberanian mengambil
risiko).
Perilaku enterpreneur dapat didefinisikan sebagai aktivitas
yang individu dalam hal inovasi dan petualangan (mencari pekerjaan baru), dan
memperbaharui strategi (strategis regenerasi) (Zahraa, 1996). Lebih lanjut Zahra
(1996) menggambarkan perilaku proaktif kegiatan menggunakan imajinasi,
intelegent/kecerdasan, keberanian, kepemimpinan, tekad dan ketekunan, untuk
mengejar kekuasaan, kekayaan dan posisi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yaja (2008),
dalam praktek itu merekomendasikan pengembangan kewirausahaan perilaku dalam
masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan. Faktor utama yang memerlukan
perhatian adalah sikap kewirausahaan dan efikasi diri dengan memberikan mereka
pengembangan sikap dalam menanggapi setiap kesempatan yang ada dan risiko dalam
usaha. Efikasi diri dapat ditingkatkan dengan memberikan mereka pengetahuan dan
keterampilan kewirausahaan.
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat berkontribusi
untuk pendidikan, terutama pendidikan kewirausahaan, untuk memberi perhatian
lebih pada kewirausahaan dan efikasi diri sebagai salah satu faktor internal
atau pribadi. Pola pendidikan perlu memupuk nilai yang inovatif dan kreatif
dalam menanggapi peluang, menciptakan peluang-peluang baru, keterampilan
kewirausahaan dan pengetahuan tetnatng seperti start-up dan bisnis manajemen.
Secara teoritis, model penelitian ini juga bisa menjadi lebih
mempertimbangkan faktor pribadi dan demografis yang menentukan keunikan
masing-masing individu perilaku. Para ahli menyatakan bahwa salah satu memiliki
minat dalam kewirausahaan karena ada beberapa dekorasi, yang didorong oleh
prestasi atau motivasi dari prestasi menurut Suri (2003) motif untuk pencapaian
nilai sosial yang menekankan keinginan untuk mencapai yang terbaik untuk
kepuasan pribadi. Regulator harus menjadi orang yang dapat melihat ke masa
depan dengan optimisme yang lebih besar. Melihat masa depan dalam cara berpikir
juga dicari, serta mengambil keuntungan dari peluang yang tersedia dengan penuh
perhitungan.
3.3.
Peran
Kampus Dalam Membentuk Karakter Enterpreneurship
Pendidikan yang diarahkan untuk membentuk karakter kewirausahaan/enterpreneurship
adalah pendidikan yang menawarkan jiwa kewirausahaan sebagai jiwa keberanian
dan kemauan untuk menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara alami dan
kreatif untuk bekerja pada mencari solusi dan mengatasi masalah jiwa mandiri
dan tidak bergantung pada orang lain.
Inti dari pendidikan kkewirausahaan adalah pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi untuk membentuk keterampilan hidup
(life skills) di pembelajar melalui pendekatan terpadu. Untuk mengembangkan
sifat pengusaha, Anda perlu memiliki beberapa tahapan, termasuk kompetisi, paradigm
alteration spirit initiation, dan internalization.
Internalization adalah tahap membentuk penanaman/inisiatif
pribadi dengan membangun pengetahuan tentang kewirausahaan juga dalam bisnis.
Pada tahap ini, masih berkutat pada teori kewirausahaan dan juga pengenalan
urgensinya. Setelah itu, pada paradigm alteration, yang berarti mengubah model
umum. Pola pikir pragmatis dan improvisasi harus diganti dengan memberikan
pemahaman yang benar bahwa unit bisnis yang diperlukan untuk mendorong
pembangunan ekonomi di negara, dan semangat inisiatif telah berperan dalam upaya
untuk membangun bisnis.
Pada titik diberikan pandangan tentang keuntungan bisnis
untuk individu atau masyarakat. Setelah pengetahuan telah dipahami dan
paradigma baru telah dibentuk, dibutuhkan inisiatif semangat untuk merangsang
pergerakan pengembangan UKM. Mulai dengan menyediakan bantuan dalam bentuk
modal awal yang disertai dengan pemantauan lebih lanjut. Kemudian, kompetisi
pada bidang pengembangan usaha harus juga perlu diatur.
Di dunia kampus, peran Perguruan Tinggi dapat diterapkan
untuk membentuk kepribadian mahasiswa pada bidang bisnis melalui dua strategi,
yaitu, makro dan mikro. Strategi makro berada pada tingkat kebijakan
Universitas yang tugas dan tanggung jawab untuk mempromosikan kewirausahaan dan
kepribadian melalui program nyata sehingga diharapkan mahasiswa dapat menjadi
job creator (pencipta lapangan kerja).
Programnya mencakup integrasi kewirausahaan belajar di
sekolah. Pengembangan bisniscenter yang ada di Universitas. Juga menciptakan
budaya gerakan nasional dan pelatihan kewirausahaan bagi siswa. Program ini
bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat
kewirausahaan untuk memulai proyek-proyek berdasarkan Sains, teknologi dan seni
yang telah dipelajari.
Perlu menyertakan beberapa fasilitas pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan, persiapan rencana kerja dan pelatihan, serta modal dukungan
untuk membantu bisnis juga bisa. Tujuan dari program ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa khususnya sense of business sehingga
akan mencapai pengusaha muda dengan potensi besar, dan pengusaha inkubator
berpendidikan tinggi baru, membuat unit bisnis berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta membangun jaringan antara perusahaan-perusahaan, terutama
pengusaha pemula dengan sudah ada pengusaha bisnis. Sementara manfaat yang
diharapkan disediakan, siswa dapat merasakan kesempatan untuk meningkatkan
keterampilan setiap siswa untuk berpartisipasi langsung dalam dunia kerja,
menyediakan kesempatan langsung untuk terlibat dalam usaha kecil menengah dan
juga mengasah jiwa entrepreneur, dan mempromosikan kewirausahaan sehingga
mereka memiliki keberanian untuk memulai bisnis dengan dukungan dari modal
tertentu, layanan konsultasi secara terpadu.
Ada strategi mikro di tingkat pendidikan belajar di dalam
kelas, terutama dalam belajar kewirausahaan. Pembelajaran entrepreneurship
adlah sebagai berikut ini:
·
Belajar untuk membentuk manusia secara holistic
·
Pembelajaran untuk membangunkan panca indera siswa.
·
Pembelajaran untuk pengalaman;
·
Pembelajaran yang seperti kehidupan nyata.
·
Pembelajaran didasarkan pada kemampuan untuk
membentuk karakter Bisnis. Dan
·
Pembelajaran proyek tidak hanya fokus pada
rencana bisnis
3.4.
Enterperneurship
Education
Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk
pola pikir, sikap dan perilaku mahasiswa menjadi seorang enterpreneur
(pengusaha) untuk mengarahkan mereka supaya memilih berwirausaha sebagai
pilihan karier di masa depan. Pendidikan akan membentuk entrepreneur melalui
dengan meningkatkan pengetahuan tentang bisnis dari pengusaha dan pembentukan
psikologi atribusi serta kepercayaan diri.
Pendidikan Enterpreneur diselenggarakan di
kampus bertujuan untuk mengembangkan potensi akademik dan juga kepribadian dari
setiap siswa, bisa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai kebutuhan dan
perkembangan dalam dunia kerja. Ini juga menjelaskan Sukidjo (2011) yang
menjadi tujuan dari pengembangan kewirausahaan di sekolah, perguruan tinggi dan
masyarakat adalah sebagai berikut
·
Peningkatan jumlah wirausaha yang memenuhi
syarat.
·
Membangun dan memperkuat kapasitas pengusaha
untuk menghasilkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat.
·
Menumbuhkan semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan wirausaha antara pelajar, mahasiswa dan masyarakat secara umum.
·
Untuk meningkatkan tingkat kesadaran dan
orientasi organisasi yang kuat terhadap pelajar, mahasiswa dan masyarakat
secara umum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ahmed, et al. (2013), menjelaskan melalui pendidikan, seorang pengusaha dapat mengajar
dan menciptakan. Pendidikan kewirausahaan didasarkan pada pengalaman, yang
menekankan praktek saat ini di lapangan di bekali pengetahuan dasar kelas.
Hasilnya adalah bahwa ada dampak pendidikan kewirausahaan pada perilaku
kewirausahaan mahasiswa, yang dapat ditampilkan oleh perilaku personal control,
achievement dan self-esteem-nya setelah mahasiswa mendapatkan entrepreneurship
education.
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
pendidikan kewirausahaan memiliki dampak positif pada motivasi berwirausaha
mahasiswa. Maka motivasi sangat
dibutuhkan bagi mahasiswa, terutama untuk mendorong mahasiswa bersedia,
dan tertarik untuk berwirausaha. Selain itu, motivasi sama pentingnya dalam
menumbuhkan semangat kewirausahaansebagian besar pengusaha termotivasi oleh
keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri yang berusaha semaksimal mungkin
untuk mencapai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Dalam penjelasan lain Yohnson (2003) menjelaskan bahwa
Universitas perlu menerapkan lebih realistis pendidikan kewirausahaan
berdasarkan masukan empiris untuk membekali siswa dengan pengetahuan penting
untuk mendorong mahasiswa untuk melakukan wirausaha.
Begitu pentingnya kewirausahaan karena itu
harus diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di institusi
pendidikan formal seperti kampus untuk membangun jiwa mandiri dan disiplin
dalam menghadapi tantangan hidup, untuk membuat bidang pendidikan untuk
Pekerjaan. Pendidikan
kewirausahaan/ entrepreneurship education mengikuti prinsip pembelajaran
seumur hidup yang terjadi setiap saat dan di setiap tempat dengan demikian, oleh karena itu entrepreneurship
education harus dimulai sejak
dini bahkan dapat dimulai pendidikan kewirausahaan dalam keluarga
(Yohnson, 2003).
Oleh karena itu, perguruan tinggi harus
aktif dalam pendidikan kewirausahaan. Jadi sekali lagi, kita perlu meningkatkan
orientasi minat mahasiswa, serta meningkatkan pendidikan kewirausahaan di
kampus, agar minat berwirausaha
yang dimiliki oleh mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai.
3.5.
Mengembangkan
Jiwa Kewirausahaan
Pengembangan jiwa Entrepreneur tealh direncanakankan program
Presiden Indonesia pada Juli 1995 lalu. Beberapanya adalah memulai beberapa
program percontohan untuk mengembangkan semangat kewirausahaan di antara
mahasiswa. . Seperti Kuliah Kerja Nyata-Usaha, PKM ( Program Kreativitas
Mahasiswa), dan juga Cooperative Education yang diluncurkan setelah program
Presiden tersebut, sekarang telah menghasilkan banyak lulusan yang telah
terbukti menjadi lebih kompetitif di dunia kerja. Hasil mahasiswa yang innvosi
melalui program kreativitas mahasiswa melalui kemungkinan menjadi aset bisnis
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Beberapa program percontohan telah diuji di banyak perguruan
tinggi dan Universitas, sebagai berikut:
3.5.1. Kuliah Bisnis Terstruktur
Kuliah entrepreneur
pada umumnya hanya berlaku untuk Fakultas/jurusan yang khusus. Beberapa jurusan
memiliki perspektif yang sama untuk membuat alokasi khusus untuk SKS mereka
mereka untuk mengadakankan matakuliah pada prodinya masing-masing. Pentingnya
pertimbangan serupa juga diberikan kepada kuliah perjanjian yang meliputi
kebutuhan untuk mempromosikan kewirausahaan di semua kurikulum Departemen di
PT. komitmen dan dukungan dari pemimpin-pemimpin dalam Univeritas / juga
perguruan tinggi yang sangat dibutuhkan untuk mencapainya.
3.5.2. Klinis Pekerjaan Dan Pekerjaan Konsultasi
(Pusat Perekrutan-Penempatan)
Program yang sudah
ada dalam waktu yang lama melalui bantuan US-AIID dan HEDS di wilayah Barat
Indonesia. Konsultasi bisnis dan ketenagakerjaan telah dikembangkan oleh pusat
konsultasi bagi pengusaha kecil dan menengah adalah salah satu kegiatan yang
dapat memberikan layanan untuk lulusan Universitas yang Beminat menjadi seorang
pengusaha baru, atau pengusaha kecil yang dalam dunia bisnis. KBPK telah
mendidik staf pengajar untuk memperoleh pengalaman praktis dalam dunia bisnis
dengan menawarkan nasihat untuk usaha kecil dan menengah.
3.5.3. Pembinaan Kewirausahaan
Melalui penerapan
Vucer/Sains dan teknologi bagi pengusaha
kecil/industry skala kecil juga koperasi yang mereka jalankan. Program
pelatihan kewirausahaan adalah salah satu kegiatan mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman praktis dalam kecil dan menengah usaha, termasuk identifikasi
masalah, analisis dan pemecahan masalah, manajemen, pemasaran, dan teknologi.
Pelatihan kewirausahaan adalah kegiatan yang telah benar-benar mendorong siswa
untuk bekerja di sektor bisnis kecil atau menengah. Juga membuat link internal
dan perbandingan (pertandingan link) antara universitas dan perguruan tinggi
dengan usaha kecil dan menengah. Selain itu, dosen juga akan membimbing siswa
dalam hal pengalaman praktis kewirausahaan dan akses untuk usaha kecil dan
menengah. Sayangnya, program ini bukan merupakan kelanjutan. Uang dan komitmen
kepala jurusan sebagai salah satu alasan, tetapi masih berjalan di beberapa
universitas.
3.5.4. Karya Alternatif Mahasiswa
Melalui
kegiatan-kegiatan seperti alternatif pekerjaan untuk mahasiswa mahasiswa yang
punya ilmu pengetahuan dan teknologi di kelas juga dilatih dan didorong untuk
memproduksi barang-barang untuk kebutuhan masyarakat. Prinsip harus ditekankan
dalam kasus ini adalah bahwa keterampilan dalam menyediakan produk harus
digabungkan dengan pemahaman tentang karya-karya yang dimiliki oleh mahsiswa
yang berpartisipasi. Prioritas alternatif pekerjaan untuk mahasiswa harus diisi
dengan semua aktivitas produksi siswa yang telah berpola khusus, sebagai bagian
tidak terpisahkan dari kegiatan di dalam dan siswa untuk mencoba untuk
membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
juga pengetahuan tentang memulai bisnis.
3.5.5. Inkubasi Pengusaha Baru
Program inkubator telah bekerjasama dengan
beberapa negara Universitas dan perguruan tinggi swasta dengan Kementerian
Koperasi dan pengembangan kecil, yang akan terus mengembangkan tidak hanya
untuk perusahaan kecil, industri atau koperasi, tetapi juga bagi siswa/lulusan
dalam penciptaan usaha-usaha baru.
Inkubator wirausaha baru adalah fasilitas
yang dikelola oleh beberapa staf yang terbatas dan menawarkan suatu paket yang
terintegrasi untuk pengusaha, mahasiswa dan lulusan biaya yang masuk akal untuk
jangka waktu tertentu. Termasuk paket terpadu:
·
Fasilitas fisik atau gedung perkantoran dan
fasilitas yang bisa dipakai bersama.
·
Konsultasi Layanan meliputi aspek manajemen,
teknologi dan pemasaran;
·
Akses dan jaringan dengan teknologi dan dukungan
untuk perdagangan layanan: sumber daya teknis dan informasi, sumber daya
keuangan dan sumber bahan baku;
·
Pembentukan jaringan antara pengusaha.
·
Mengembangkan penelitian produk yang diproduksi
secara komersial.
Keterlanjutan program ini juga dibatasi oleh
rumitnya masalah yang tidak didukung oleh sumber daya manusia dan fasilitas
yang memadai. Dengan latar belakang dari program percontohan ini disebutkan di
atas, tahun 2009 Direktorat Jenderal pendidikan tinggi mengembangkan program
kewirausahaan mahasiswa (Student Program), yang itu merupakan kelanjutan dari
program-program yang sebelumnya (PKM, co-op, dll), untuk plug mahasiswa
memasuki dunia bisnis yang nyata dengan memfasilitasi start-up bussines.
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) saat ini
sedang dipelajari, bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa dengan minat dan
bakat kewirausahaan untuk memulai proyek-proyek berdasarkan Sains, teknologi
dan seni (ilmu pengetahuan dan teknologi). Tujuan membentuk soft skill adalah agar
mahasiswa berperilaku sesuai dengan karakter-karakter entrepreneur.
Fasilitas yang memberikan pendidikan
kewirausahaan termasuk pelatihan juga untuk peserta, serta persiapan workplans,
dukungan permodalan dan pendampingan usaha mahasiswa. Diharapkan untuk dapat
mendukung perwujudan visi dan pesan dari pemerintah yang direncanakan untuk
mencapai kemandirian nasional melalui job creator/ penciptaan lapangan kerja
dan pemberdayaan UKM. Prosedur operasi standar untuk Program Mahasiswa Wirausaha
meliputi ekstraksi informasi dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, magang ke
unit kerja mandiri dan persiapan rencana kerja. Membantu dalam kasus bisnis dan
bisnis establishmen bintang-bintang
3.6.
Niat
Wirausaha
Dalam mencapai kesuksesan Pegusaha menjadi
bagian integral dari karakteristik melekat, seperti karakteristik, nilai-nilai,
pemikiran kreatif, sikap dan kepribadian pengusaha. Menurut Meredith, (1996)
mencakup sifat-sifat yang terstruktur.
1) kepercayaan,
2) kepemimpinan,
3) mau mengambil risiko dan tantangan Menukai,
4) berorientasi pada tugas dan hasil,
5) berorientasi masa depan, dan
6) orisinalitas.
Sementara nilai-nilai dan perilaku pengusaha Kuriloff dan Mempil
(1993), dua
·
Moderat risiko, tidak melakukan spekulasi,
Melaikan perhitungan,
·
Komitmen, untuk menyelesaikan tugas akhir,
·
Kita melihat peluang, mengambil keuntungan dari
kesempatan yang tersedia sesegera mungkin,
·
Optimisme, yang menunjukkan keyakinan besar
bahkan meskipun dalam situasi yang serius,
·
Objektivitas, membuat pengamatan nyata untuk
mendapatkan kejelasan,
·
Umpan balik, menganalisis data kinerja untuk
memandu kegiatan waktu,
·
Proaktif manajemen, manajemen melalui
perencanaan masa depan.
·
Untuk mengetahui uang sebagai sumber daya, bukan
tujuan akhir,
3.7.
Kreativitas
sebagai modal menjadi sukses
3.7.1. Pengembangan Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk
menciptakan hal-hal dalam wujud yang baru. Kreativitas juga berkaitan dengan
perubahan ide-ide. Beberapa contoh kasus yaitu orang yang memiliki kreativitas
di bidangnya yaitu Leonardo da Vinci dalam seni lukis mengatakan bahwa dampak
kreasi yaitu yang pertama dari dampak yang mungkin timbul. Karakteristik orang
kreatif terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
·
Observasi, yaitu melihat sesuatu dengan sudut
pandang yang lain
·
Terbuka dengan pengalaman yang sudah ada
·
Memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi
·
Mau menerima dan belajar dari pendapat yang
berbeda
·
Percaya diri dan mau mengambil risiko yang
mungkin timbul
·
Independen dalam membuat keputusan, ide dan
tindakan
·
Peka terhadap permasalahan yang ada
·
Fleksibel
·
Responsif
·
Memiliki motivasi yang tinggi
·
Kemampuan untuk konsentrasi dan selektif
·
Tidak takut gagal, memiliki kebebasan berpikir
dan berimajinasi
3.7.2. Manfaat Wirausaha Bagi Mahasiswa Kreatif
Selain memberikan keuntungan dirinya
sendiri, seorang mahasiswa wirausaha (entrepreneur student) yang berhasil dapat
memberikan manfaat bagi banyak orang lain, seperti:
·
Menciptakan lapangan pekerjaan
·
Kemampuan untuk konsentrasi dan selektif
·
Menciptakan bisnis baru, sebagai bagian dari
penggerak roda pembangunan.
·
Dapat membantu orang lain yang perlu mengelola
kreativitas dalam bentuk bekerjasama.
·
Mendidik orang lain untuk menjadi mandiri dan
sukses.
·
Sebagai contoh karena ia bekerja keras dan
bertindak secara efisien dengan memperhitungkan
kerugian unlong
·
Sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah
dalam bentuk pajak
3.7.3. Hal Yang Harus Diketahuil/Dimiliki Oleh
Entrepreneur Student Dalam Praktek
Dalam prakteknya, seorang entrepreneur harus mengetahuil
memiliki beberapa hal berikut:
a.
Pemahaman tentang Pasar
Dulu banyak orang
yang menafsirkan pasar adalah tempat pertemuan antara Penjual dan pembeli,
untuk melakukan transaksi jual beli. Seiring dengan perkembangan pasar,
sekarang di pasar tidak berarti itu harus menjadi "tempat". Yang
penting adalah memiliki Penjual dan pembeli diikuti transaksi jual beli itu. Transaksi jual-beli sekarang dapat
terjadi seperti alat komunikasi lain seperti chatting, telepon dll atau tanpa
harus bertemu. Jika dulu orang lebih mengutamakan penciptaan produk baru dan
kemudian berpikir tentang bagaimana menjual (distributor konsep penjualan)..
Sekarang orang cenderung lebih mendahulukan pemahaman tentang pasar seperti
apayang dibutuhkan konsumen, setelah itu bagaimana kemampuan konsumen, dan
sebagainya, dan kemudian membuat produk yang cocok. Kebutuhan dan juga
keinginan untuk harga terjangkau bagi semua konsumen.
b.
Rasa Percaya/Confidence
Rasa percaya diri
juga merupakan modal utama untuk menjadi orang yang berani dalam bertindak
secara teliti. Namun, itu tidak boleh memiliki rasa percaya diri yang
berlebihan karena dapat menyebabkan kesombongan yang pada akhirnya dapat
membawa bisnis ke dalam kegagalan.
c.
Jaringan
Sebuah jaringan
yang dimiliki oleh seorang pengusaha mungkin individu, kelompok atau
organisasi, sehingga kita kenal dan terjalin hubungan baik dengan yang lain
untuk memberikan peluang untuk pemasaran produk. Jaringan juga menjadi konsumen
akhir dan pula menjadi perantara untuk pemasaran produk.
d.
Wawasan
Seorang
entrepreneur harus memiliki yang luas terkait dengan dunia bisnisnya. Dengan
pengetahuan yang luas, enterpreneur mampu menganalisis peluang, tantangan dan
risiko yang mungkin timbul nantinya.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang
Entrepreneur yang sukses dibutuhkan beberapa modal diantaranya Peran Kampus
Dalam Membentuk Karakter Enterpreneurship yang dibutuhkan oleh mahasiswa, Juga Enterperneurship
Education yang dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa
menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati, Mengembangkan Jiwa
Kewirausahaan seperti melakukan pengembangan jiwa kewirausahaan telah
dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia yang diantaranya yaitu : Kuliah
Kewirausahaan Secara Terstruktur, Kuliah Kerja Nyata-Usaha, Klinik Konsultasi
Bisnis dan Penempatan Kerja (Job-Placement Center), Magang Kewirausahaan, Karya
Alternatif Mahasiswa, Inkubasi Wirausaha Baru. Juga setiap mahasiswa harus bisa
mengembangkan point yang sangat penting yaitu Pengembangan Kreativitas, karena
kreativitas dalam Entrepreneurship merupakan modal yang sangat berharga. Kreativitas
merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi baru dalam
keberadaannya, jika usaha sedang buruk maka kita harus menggunakan kreativitas
yang kita miliki untuk bangkit kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Entrepreneurship Menjadi Pebisnis
Ulung, Edisi Revisi, Elexmedia Komputindo, 2015, Dr. Ir. Eddy Soeryanto
Soegoto
Pengembangan Jiwa Kewirausahaan
di Kalangan Dosen dan Mahasiswa, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2014, H. Bambang
Banu Siswoyo
Membangun Perilaku Entrepreneur
Pada Mahasiswa Melalui Entrepreneurship Education, JBMA – Vol. III, No. 1, 2016,
Dwi Wahyu Pril Ranto
Kewirausahaan, C.V.
Alphabeta, Bandung, 2001, Buchari Alma
Membangun Jiwa Kewirausahaan
(Entrepreneurship). "Menjadi Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneur Studen1)
Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru", Proceeding. Seminar Nasional PESAT,
2005, Teddy Oswari
Pendidikan Berbasis Entrepreneur, Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. VIII. No. 2, Hlm. 52 – 59, 2010, Tejo Nurseto
Pendidikan Technopreneurship: Meningkatkan Daya Inovasi
Mahasiswa Teknik Dalam Berbisnis, Konferensi Nasional “Inovasi dan Technopreneurship” IPB
International Convention Center, Bogor, 18-19 Februari 2013, Endang Sudarsih
Analisis Faktor-Faktor Sikap Yang Membentuk Niat Mahasiswa
Menjadi Teknopreneur,
Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 7, No. 2, Desember 2013, 117-128, Iwan
Sidharta, Rahmahwati Sidh
0 comments "MEMBANGUN JIWA KEWIRAUSAHAAN SEJAK MAHASISWA UNTUK MENJADI SEORANG ENTERPRENEUR SUKSES", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Rules:
1. No Spam